Gejala Autisme Bisa Dikenali Sejak Anak Berusia 5 Bulan
Jakarta, Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif (menyebar) pada pemahaman, motorik, kemampuan berbahasa, serta interaksi sosial yang terjadi pada penyandang gangguan tersebut. Autisme di sisi lain menunjukkan keterlambatan di beberapa bidang antara lain kesulitan belajar, berkomunikasi, hingga motorik.
Autisme memang erat hubungannya dengan gen, tetapi presentase faktor gen terhadap gangguan autisme kurang dari 3 persen. Penyebab mengapa autisme bisa terjadi terhadap seseorang sampai sekarang masih diteliti.
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai autisme, terkadang membuat orang tua yang memiliki anak penyandang autisme menjadi stres hingga depresi. Autisme memang tidak bisa sembuh sepenuhnya, tetapi gangguan tersebut dapat ditangani dengan dilakukan diagnosa dini. Maka dari itu masyarakat perlu mengetahui gejala autisme.
“Umur 5 bulan bisa dilhat responsnya, misalnya dipanggil tidak menengok, asik bermain sendiri lalu tidak menangis, atau malah sangat rewel. Lalu misalnya saat bermain ci luk ba tetapi responnya tidak ada,” jelas dr Suzy Yusna Dewi, SpK(K) dari Asosiasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, saat hadir pada acara temu media dalam rangka memperingati ‘Hari Peduli Autisme Sedunia 2014’, di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, pada Rabu (2/4/2014).
Ia menambahkan gejala lain yang sering dipakai di Indonesia antara lain, interaksi yang sangat terbatas, adanya keterlambatan dalam berbahasa, aktivitas dan minat yang sangat terbatas, menolak rutinitas baru, menyukai hal yang tidak lazim, dan melakukan gerakan aneh
Orang tua yang tidak mengetahui gejala-gejala autisme, akan mengangggap yang dilakukan anaknya adalah hal yang biasa, atau berpikir anaknya pintar. Ketidaktahuan orang tua tersebutlah yang membuat anak terlambat untuk dideteksi secara dini.
“Misalnya anak hanya bergumam atau berbicara aneh yang hanya untuk dirinya sendiri orang tua menganggap ia hanya terlambat berbicara. Misalnya anak marah saat ada suatu hal yang baru, seperti mengganti menu makanan yang biasa dimakan, orang tua menganggap bahwa mungkin anaknya tidak suka dengan makanan tersebut. Bisa juga ketika melewati alternatif jalan yang berbeda dari yang biasanya dilewati lalu anak marah, orang tua menganggap bahwa anaknya pintar dan tahu jalan,” papar dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan, Jakarta, tersebut.
Diharapkan ke depannya orang tua akan lebih jeli untuk menilai perilaku anak, terutama untuk anak usia di bawah satu tahun. Hal tersebut bertujuan agar anak penyandang autisme dapat penanganan yang lebih baik.
(vit/vit)